Thursday, July 14, 2016

Kebudayaan dan Adat Desa Penglipuran


Begitu banyak kebudayaan dan adat yang masih terjaga di desa ini, mulai hal yang sepele hingga hal yang benar-benar serius.
  1. Alasan mengapa rumah masyarakat desa ini dibuat sama semuanya, itu karena sudah ditentukan sejak dahulu kala. Tidak hanya bangunan luarnya saja yang sama, melainkan ketentuan ada apa saja yang wajib ada di dalam rumah tersebut, Seperti: 


  •       Pura Keluarga untuk sembahyang.
  •       Dapur Bali (Depan) sebagai ruang utama untuk menaruh sesaji.
  •       Bale Dangin digunakan jika ada yang meninggal (Upacara Ngaben).
  •      Pintu yang menghubungkan antara 1 rumah dengan yang lainnya, jika pintu ini di tutup berarti menandakan orang tersebut memutuskan tali persaudaraan.


        Itu semua digunakan untuk upacara pernikahan dan ngaben. Dalam adat desa ini apabila ada orang yang meninggal tidak boleh sampai menginap di rumah, sehingga harus segera di kuburkan. Dan bentuk kuburannya harus rata tidak boleh ada gundukan atau disebut sebagai “Biotanem”.
    
    2.  Apabila ada masyarakat desa ini yang melanggar aturan atau adat yang berlaku maka akan mendapat sanksi besar berupa membuat sesajen di semua pura sebagai penebusnya. Sedangkan jika ada kaum laki-laki yang poligami maka akan dikucilkan.
   
    3.  Jika masyarakatnya menikah maka biasanya yang laki-laki diajak orang tua sedangkan yang perempuan sudah dilepas oleh keluarganya. Sedangkan jika berbeda agama dan akhirnya pindah agama maka biasanya mengikuti yang laki-laki (Patokan Suami) karena tidak ditentukan. Apabila ada warga yang terpaksa tidak memiliki rumah maka akan diberi oleh desa (Tidak ada ketentuan).

    4.  Bahasa yang digunakan sudah mulai ada perpaduan dengan Bahasa Indonesia, namun bagi orang yang sudah tua masih menggunakan bahasa adat murni bali.

  5. Waktu untuk sembahyangnya yaitu setiap hari pokoknya tidak melebihi jam 12 malam. Sedangkan setiap 15 hari sekali melakukan sembahyang bersama ke pura desa.

    6. Cara untuk memilih pemimpinnya yaitu dengan cara dipilih oleh klien adat. Kini yang sebagai klien adat adalah Wayan Supart.


    7.  Di Desa ini memiliki makanan dan makanan khas yaitu :  Ikan Mujair, Sayur Pakis, dan Cem-ceman sebagai minumannya.

   8.  Sedangkan ketika ada tamu (Yang sebelumnya sudah mengonfirmasi kedatangannya) akan ada tampilan tarian, seperti : Tarian Calon Arang, Janger dan Baris Sakral

Tari Janger
Tari Calon Arang

Tari Baris Sakral
   9.  Terdapat Pura Desa, Balai Desa yang terdapat kentongan sebagai alat untuk memberitahukan warga, Hutan Bambu, dsb.
Pura

Balai Desa

Hutan Bambu

    10.  Kebudayaan yang saling tolong menolong sangat erat bagi masyarakat desa ini seperti halnya ketika ada acara upacara yang biasa disebut “Ngoyoh” (Gotong royong) untuk membuat sesaji.

    11.  Memotong sapi hanya ketika ada acara adat, karena sapi dianggap sebagai hewan yang berharga. Sedangkan ketika upacara-upacara biasa hanya memotong babi.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment